Senin, 02 Februari 2009

Valentino Rossi “ The Doctor of Motor GP “


 Rossi telah menjadi legenda di di balap GP motor dunia, meski usianya masih muda: 29 tahun. Vale dilahirkan di Urbino, Italia 16 Februari 1979 adalah seorang pembalap tersukses setelah era Michael Doohan, dengan titel juara dunia di empat kelas yang berbeda yang diraihnya dalam waktu tujuh tahun berkarir.
Putra dari mantan pembalap GP 250 cc Graziano Rossi dan Stefania Palma ini memegang banyak rekor dan prestasi yang melampaui banyak seniornya. Pembalap eksentrik ini membukukan 7 gelar juara dunia: sekali di kelas 125cc, sekali di kelas 250cc, dan lima kali di kelas puncak, 500cc dan MotoGP.

Rossi Kecil seperti dilahirkan untuk menjadi pembalap. Ia tumbuh di lingkungan yang sangat mendukung karirnya. Ayahnya, Graziano Rossi adalah seorang pembalap besar dimasa ’70-an. Saat anak-anak seusianya asyik dengan mainannya, Rossi bermain dengan motor balap sungguhan di tengah paddock pembalap ternama Luca Cadalora ataupun Loris Reggiani. Mental juaranya sudah terasah sejak usia dini terbukti d usia 10 tahun Rossi sudah menjuarai kejuaraan gokart regional dengan mengalahkan lawan-lawannya yang berusia jauh di atasnya. Pada usia menginjak 14 tahun, pada Tahun 1993 memulai debut dengan Cagiva di Italian 125cc Sport Production championship, mengumpulkan kemenangan-kemenangan pada musim rookie dan mendapat gelar juara pada tahun 1994. Tahun 1996, saat masih 17 tahun, Rossi melakukan debutnya di balap motor grand prix (motor GP). Saat itu Rossi bergabung dengan tim Aprilia. Di musim pertamanya Rossi sempat juara di sirkuit Brno, Ceko. Secara keseluruhuan, Rossi menduduki peringkat kesembilan di tahun pertama ia terjun di motor GP. Tahun 1997 prestasinya berkembang pesat. Ia tak cuma memenangi satu GP, tapi 11 GP. Itu membawanya menjadi juara dunia kelas 125 cc untuk kali pertama.


Tahun berikutnya, 1998, Rossi naik kelas dan berlaga di kategori 250cc. Capaiannya di kelas menengah ini lebih menakjubkan lagi. Di tahun pertamanya itu ia langsung menjadi runner-up ia memenangi 5 GP. Kendati demikian, tetap belum membuatnya puas. Pada tahun 1999 gelar juara dunia 250 cc yang menjadi incarannya itu langsung diraih. Lagi-lagi, hanya butuh semusim baginya untuk belajar di kelas 250cc sebelum mengukuhkan diri sebagai yang terbaik di dunia di musim berikutnya
Capaian serupa terjadi pula saat ia naik ke kelas utama di tahun 2000 –saat itu masih berlabel 500cc. Rossi bergabung dengan tim Honda. Di musim pertamanya itu. Dua GP berhasil Rossi menangkan, salah satunya GP Donnington, Inggris. Setelah meraih posisi kedua di tahun pertama, Rossi meraih posisi runner up, di bawah Kenny Roberts.
Tahun 2001, Rossi mencapai puncak karir dengan menjadi juara dunia kelas 500cc. Ia mencatat 11 kemenangan dalam satu musim. Gelar itu ia pertahankan satu tahun kemudian, tetap dengan tim Honda. Tahun 2003, Rossi mencatat hattrick, dengan menjadi juara dunia tiga kali berturut-turut. Prestasi ini pun mengejutkan publik dunia. Pada musim itu, ia juga menorehkan rekor sebagai pembalap dengan poin kemenangan tertinggi sepanjang masa: 357 poin. Perpaduan bakat Rossi dan mesin Honda terlalu dominan bagi lawan-lawannya. Satu-satunya pesaing besar bagi Rossi datang dari sesama pembalap Honda. Selain itu, tak ada mesin lain yang mampu meladeninya.
Tahun 2004, sebuah keputusan mencengangkan diambil Rossi. Ia pindah ke Yamaha, tim yang dianggap masih satu kelas dibawah Honda. Keputusan itu oleh banyak pengamat Moto GP akan membuat Rossi kesulitan untuk kembali menjadi juara dunia. Maklum, Yamaha terakhir kali menjadi juara dunia pada 1992, saat masih ditunggangi oleh Wayne Rainey
Salah satu pernyataan pesimis datang dari Max Biaggi, musuh bebuyutannya. Tapi ia mementahkan semua pandangan pesimis tersebut. Bahkan pada seri pertama musim 2004 di GP Welkom, Afrika Selatan ia mengalahkan Max Biaggi yang mengendari motor Honda, meskipun dengan perlawanan yang sangat ketat.
Dengan bergabung bersama Yamaha, yang disangsikan mampu menyaingi kehebatan Honda, Rossi terancam tak lagi bisa mempertahankan gelar juara. Ia tak lagi favorit tanpa didukung oleh keunggulan mesin Honda. Mesin Yamaha yang digunakannya bukanlah tandingan Honda.
Namun Rossi tak bergeming. Keputusannya telah bulat untuk meninggalkan jok empuk motor Honda. Ia bahkan mengikat kontrak untuk masa dua tahun di Yamaha. Tahun lalu, Rossi berhasil membuktikan pilihannya. Ia kembali membuat publik terkejut dengan membawa Yamaha menjadi juara dunia setelah menunggu selama 12 tahun. Ia sekaligus mencatatkan diri sebagai pembalap kedua sepanjang sejarah yang berhasil menjadi juara dunia dua musim berturut-turut dengan mesin yang bebeda, setelah pembalap AS Eddie Lawson pada 1988 dan 1989.
Tim Yamaha mampu diangkatnya ke pentas juara sehingga ia dijuluki The Doctor. Bersama tim Yamaha, Rossi berhasil membuktikan dirinya tetap menjadi yang terdepan dengan menjadi juara dunia tahun 2004 dan 2005. Rossi pembalap Yamaha pertama yang paling banyak juara dalam satu musim (Rossi juara 9 kali pada musim 2005).
Rossi merupakan sosok yang menyukai tantangan. Kepindahannya ke Yamaha memberikan tantangan tersendiri baginya. Motivasi untuk mengatasi tantangan membuat Rossi selalu berjaya di setiap kelas dan tim yang digelutinya. Ia merupakan sosok yang dinamis yang tak pernah berhenti dan merasa puas dengan pencapaiannya. Tantangan apapun yang ada di depannya pasti akan dikejarnya. Tapi, bukan Rossi namanya jika tak mampu menaklukkan tantangan. Ia membuktikan bahwa mesin hanyalah alat, dan oranglah-yakni dirinya sebagai pembalap-yang menentukan menang dan kalah.
Tahun 2006, gelar juara dunia lepas dari tangannya. Ia harus merelakan gelar itu diraih Nicky Hayden, dari AS. Banyak orang mengatakan, kemenangan Hayden tak lepas dari kesialan yang dialmi Rossi selama musim itu. Puncak kesialannya adalah saat ia terjatuh di salah satu GP, yang mebuatnya tertinggal jauh dari Hayden.
Tahun 2007, The Doctor kembali tak mampu meraih gelar juara dunia. Kali ini, ia kalah dari pembalap muda Australia, Casey Stoner. Performa Yamaha pada musim itu memang buruk sekali. Setiap kali Rossi head to head dengan Stoner di trek lurus, Rossi selalu kalah. The Doctor juga beralasan bahwa ban Michelin yang digunakannya, bermasalah.
Tahun 2008, ia memutuskan menggunakan ban Bridgestone. Performa Yamahanya pun ditingkatkan. Hasilnya, Rossi berhasil meraih kembali gelar juara dunianya yang selama dua tahun hilang.

4 komentar:

joe mengatakan...

Ayo ngolek mangan opo masak dewe wae. aku wis luwe

Mbah Koeng mengatakan...

Manut den.!!!!!!!

Anonim mengatakan...

tenaga atas nya gak perlu pusing lagi mas. kan dah terbukti tahun 2008 udah nempel ama ducati stoner. tinggal penyesuaian tenaga bawah aja biar makin galak dan gak ngepot.

Mbah Koeng mengatakan...

siiiiipp lah !!